Abdullah Kelrey : Founder Nusa Ina Connecttion (NIC).
Archipelagotimes.com – Dalam perjalanan menuju Indonesia Emas 2045, pembangunan nasional menjadi salah satu agenda strategis yang memegang peranan penting. Pemerintah saat ini berfokus pada akselerasi pembangunan di berbagai sektor sebagai langkah nyata untuk mewujudkan visi tersebut. Namun, apakah arah kebijakan dan implementasinya sudah cukup untuk membawa Indonesia menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar dunia?
Transformasi Ekonomi Berbasis Hilirisasi
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III tahun 2024 mencapai 5,2%, didorong oleh sektor manufaktur dan pertambangan. Kebijakan hilirisasi sumber daya alam, seperti nikel dan bauksit, telah meningkatkan nilai tambah hingga 40% dibandingkan ekspor bahan mentah. Selain itu, sektor pariwisata juga mengalami pemulihan signifikan, dengan peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara sebesar 20,5% dibandingkan tahun sebelumnya.
Namun, untuk mencapai target PDB sebesar USD 7 triliun pada 2045, pemerintah perlu mengatasi hambatan struktural seperti rendahnya daya saing tenaga kerja dan infrastruktur digital yang belum merata. Bank Dunia mencatat bahwa Indonesia masih berada di peringkat ke-60 dalam Indeks Logistik Global, jauh di bawah Singapura yang berada di posisi ke-7.
Pendidikan dan Inovasi: Fondasi Generasi Emas
Di sektor pendidikan, Indonesia menghadapi tantangan besar. Data UNESCO menunjukkan bahwa rata-rata lama sekolah di Indonesia hanya 8,6 tahun, lebih rendah dibandingkan rata-rata global 11,2 tahun. Untuk menciptakan SDM unggul, pemerintah telah mengalokasikan 20% anggaran APBN 2024 untuk sektor pendidikan. Namun, tanpa reformasi kurikulum yang lebih adaptif terhadap kebutuhan industri 4.0, upaya ini berpotensi kurang efektif.
Program Merdeka Belajar yang diinisiasi pemerintah adalah langkah positif. Namun, implementasi teknologi dalam pembelajaran masih menghadapi kendala infrastruktur, terutama di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). Dengan penetrasi internet yang baru mencapai 77%, Indonesia tertinggal dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia (89%).
Energi dan Lingkungan: Menuju Keberlanjutan
Transisi energi menuju netralitas karbon pada 2060 adalah tantangan sekaligus peluang. Indonesia telah menunjukkan komitmennya dengan peningkatan kapasitas energi terbarukan sebesar 15% pada 2024. Namun, angka ini masih jauh dari target 23% pada 2025 sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden No. 22 Tahun 2017.
Selain itu, deforestasi menjadi sorotan utama. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukkan bahwa laju deforestasi turun hingga 75% pada 2023. Ini merupakan capaian signifikan, tetapi ancaman dari ekspansi perkebunan sawit ilegal masih menghantui. Tanpa pengawasan yang ketat, upaya menjaga keseimbangan lingkungan dapat terganggu.
Menuju Indonesia Emas
Pembangunan nasional harus menjadi gerakan kolektif yang melibatkan seluruh elemen bangsa. Partisipasi aktif masyarakat, dunia usaha, dan pemerintah daerah sangat penting untuk mempercepat pencapaian target. Dengan memanfaatkan bonus demografi yang diprediksi mencapai puncaknya pada 2035, Indonesia memiliki peluang besar menjadi pusat pertumbuhan ekonomi global.
Namun, perjalanan ini memerlukan perencanaan matang, pengawasan ketat, dan inovasi berkelanjutan. Visi Indonesia Emas 2045 bukan hanya soal angka, tetapi juga tentang keadilan, keberlanjutan, dan kesejahteraan untuk seluruh rakyat Indonesia. Kita harus memastikan bahwa setiap langkah menuju masa depan adalah langkah yang inklusif dan berdaya saing.
Sebagai bangsa, kita memiliki semua potensi untuk mewujudkan mimpi besar ini. Pertanyaannya sekarang adalah: apakah kita siap bekerja bersama untuk mencapainya?