Oleh : Ilham Husein (Rakyat Biasa)
Archipelagotimes.com – Pancasila, yang katanya sakti dan jadi pedoman bangsa, kini seolah cuma hiasan di pidato pejabat. Sementara itu, tanah negeri ini makin bopeng, air makin keruh, dan udara makin sesak oleh debu tambang. Ironis? Tentu saja.
Ketika industri tambang makin merajalela, yang merasakan dampaknya bukan para pemilik modal, melainkan masyarakat lokal yang harus rela kehilangan tanah, air bersih, dan bahkan tempat tinggal mereka. Nyatanya, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia masih terasa seperti ilusi ketika berbicara soal pertambangan.
Tambang: Uang Mengalir, Rakyat Menderita
Sumber daya alam Indonesia memang kaya raya. Tapi sayangnya, kekayaan itu lebih sering jadi berkah bagi segelintir orang dan malapetaka bagi banyak orang. Dari Kalimantan sampai Papua, jejak eksploitasi tambang begitu kentara: hutan digunduli, sungai tercemar limbah, dan udara dipenuhi debu beracun.
Yang lebih miris, masyarakat sekitar tambang justru hidup dalam keterpurukan. Akses air bersih makin sulit, lahan pertanian rusak, dan penyakit pernapasan makin marak. Bukannya menikmati hasil kekayaan alam, mereka justru harus berjuang bertahan di tengah kepungan industri tambang.
Negara: Pemegang Amanah atau Pelayan Modal?
Kalau melihat fakta di lapangan, kita jadi bertanya-tanya: negara ini lebih berpihak pada rakyat atau pemilik modal?
Berbagai kebijakan yang dikeluarkan sering kali justru mempermudah investor tambang ketimbang melindungi hak masyarakat. Izin eksploitasi diberikan dengan mudah, sementara aspirasi rakyat yang menolak tambang sering kali ditekan, bahkan dianggap sebagai penghambat pembangunan.
Padahal, kalau benar-benar mau mengamalkan Pancasila, terutama sila ke-5 tentang keadilan sosial, seharusnya pemerintah lebih tegas dalam mengontrol industri tambang. Jangan sampai negeri ini hanya jadi lahan eksploitasi tanpa ada keseimbangan antara keuntungan ekonomi dan kelestarian lingkungan.
Pancasila Harus Kembali ke Akar, Bukan Hanya Retorika
Pancasila seharusnya bukan sekadar jargon yang disuarakan di seminar atau acara kenegaraan. Nilai-nilainya harus benar-benar diterapkan, terutama dalam sektor yang berdampak besar pada masyarakat seperti industri pertambangan.
Kalau tidak ada perubahan, bukan tidak mungkin negeri ini akan terus kehilangan sumber daya alamnya, sementara rakyat hanya kebagian ampasnya. Jangan sampai Pancasila benar-benar hanya tinggal debu tambang yang beterbangan di udara tanpa makna.