Tambang Gaspol, Pancasila Keok?

×

Tambang Gaspol, Pancasila Keok?

Sebarkan artikel ini

Oleh : Ilham Husein (Rakyat Biasa)

Archipelagotimes.com – Di Antara Kepentingan Ekonomi dan Nilai Kebangsaan. Indonesia sedang ngebut menggenjot sektor tambang dan energi. Namun, di tengah gaspolnya eksploitasi sumber daya alam, apakah nilai-nilai Pancasila masih menjadi pijakan utama?

Ekonomi Tancap Gas, Regulasi Tertinggal?

Sektor pertambangan kini menjadi motor penggerak ekonomi nasional. Investasi besar-besaran di bidang minerba (mineral dan batubara) serta gas alam terus didorong untuk menopang ketahanan energi dan pendapatan negara. Sayangnya, percepatan ini sering kali berbanding lurus dengan konflik agraria, eksploitasi sumber daya, hingga isu keberlanjutan lingkungan.

Pancasila yang menjadi falsafah bangsa seharusnya menjadi kompas dalam setiap kebijakan. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus, asas keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat justru terpinggirkan.

Dampak Sosial dan Lingkungan: Pancasila Dilangkahi?

Beberapa proyek tambang besar kerap berujung pada penggusuran lahan masyarakat adat, pencemaran lingkungan, hingga ketimpangan sosial. Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, serta keseimbangan antara ekonomi dan ekologi, seakan berada di titik nadir.

Tak hanya itu, keberpihakan kepada investor asing juga menuai kritik. Ketika sumber daya dikeruk tanpa kontrol ketat, kesejahteraan yang dijanjikan bagi rakyat sering kali hanya menjadi retorika.

Jalan Tengah: Industrialisasi Berbasis Pancasila

Indonesia butuh strategi industrialisasi yang tetap berakar pada nilai-nilai Pancasila. Percepatan ekonomi harus diimbangi dengan regulasi yang berpihak pada rakyat, lingkungan, dan keberlanjutan. Jika tidak, yang terjadi hanyalah eksploitasi jangka pendek dengan dampak sosial yang panjang.

Kini saatnya kebijakan tambang dan energi tidak sekadar mengejar pertumbuhan ekonomi, tetapi juga memperhatikan keadilan, kesejahteraan, serta keberlanjutan. Jika tidak, Pancasila bisa benar-benar keok dalam pusaran kepentingan ekonomi global.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!