Archipelagotimes.com – Tren investasi properti di Indonesia kini makin bergeser. Jika dulu kawasan Barat seperti Jakarta, Bandung, dan Tangerang jadi primadona, kini wilayah Timur seperti Makassar, Manado, dan Kupang mulai menunjukkan taji. Berdasarkan data Bank Indonesia kuartal pertama 2025, pertumbuhan harga properti residensial di kawasan Timur tercatat naik 7,2%, mengalahkan kawasan Barat yang stagnan di angka 3,8%.
Alasan utama lonjakan ini datang dari percepatan pembangunan infrastruktur dan relokasi industri ke Timur. Proyek strategis nasional seperti KEK Morotai dan pengembangan Bandara Baru di Labuan Bajo menjadi magnet investasi baru. Selain itu, harga lahan di kawasan Timur masih tergolong murah, rata-rata Rp 850 ribu/m², dibandingkan Barat yang sudah menyentuh Rp 2,5 juta/m².
Namun, kawasan Barat tetap unggul dari sisi likuiditas pasar dan kemudahan pembiayaan. Misalnya, Jakarta dan sekitarnya masih menjadi pusat transaksi properti sekunder dengan volume terbesar. Akses ke perbankan, jasa notaris, hingga penyewa berkualitas lebih tersedia di Barat, yang menjadi nilai plus bagi investor jangka pendek.
Meski demikian, return investasi di wilayah Timur kini tak bisa dipandang sebelah mata. Berdasarkan laporan Colliers Indonesia, ROI properti di Manado dan Ambon bisa mencapai 9–11% per tahun, sementara properti di Bekasi dan Tangerang hanya berkisar 5–6%. Kenaikan harga plus peluang sewa jangka panjang menjadikan Timur sebagai ladang cuan baru.
Memilih antara properti di Timur atau Barat bergantung pada strategi dan profil risiko investor. Timur cocok bagi mereka yang berani ambil risiko dan bermain jangka panjang. Sementara Barat ideal untuk investor konservatif yang mengutamakan stabilitas. Tahun 2025 bisa menjadi momen emas bagi diversifikasi portofolio properti di dua kutub pertumbuhan ini.