Menakar Ketahanan UMKM di Tengah Arus Globalisasi: Strategi Adaptif atau Tersisih?

×

Menakar Ketahanan UMKM di Tengah Arus Globalisasi: Strategi Adaptif atau Tersisih?

Sebarkan artikel ini
Berita UMKM
Ilustrasi

Archipelagotimes.com – Dalam lima tahun terakhir (2020–2024), pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Indonesia dihadapkan pada tekanan kompetitif yang makin tajam. Globalisasi dan perdagangan bebas, terutama melalui skema perjanjian dagang seperti RCEP dan ASEAN Free Trade Area, telah memperluas pasar namun sekaligus memperbesar tantangan.

UMKM: Pilar Ekonomi yang Rentan

UMKM menyumbang sekitar 60,5% terhadap PDB nasional dan menyerap 97% tenaga kerja (data Kemenkop UKM, 2023). Namun, survei Bank Indonesia (2023) menunjukkan hanya 23,7% UMKM yang siap ekspor atau bersaing dengan produk asing. Ketergantungan pada pasar domestik dan keterbatasan teknologi menjadi penghambat utama.

Analisis Struktural Daya Saing

1. Produktivitas Rendah

Produktivitas tenaga kerja UMKM Indonesia tercatat hanya 17% dari produktivitas usaha besar (BPS, 2022). Rendahnya efisiensi operasional membatasi kemampuan bersaing harga dan kualitas.

2. Akses Modal dan Teknologi

Data OJK (2024) menunjukkan hanya 21,4% UMKM yang memiliki akses pembiayaan formal. Ditambah, hanya 18% yang mengadopsi teknologi digital secara optimal, membuat mereka kalah saing dari produk asing yang lebih efisien dan modern.

3. Regulasi yang Belum Inklusif

Walau program seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) terus meningkat, implementasinya masih bias terhadap sektor tertentu. UMKM di sektor non-jasa seperti manufaktur kecil masih kesulitan mengakses insentif dan pelatihan.

Adaptasi: Realita atau Sekadar Retorika?

Kampanye “Go Digital” mendorong UMKM masuk ke e-commerce. Namun, dari total 64,2 juta UMKM (Kemenkop UKM, 2024), baru 27 juta yang terhubung dengan platform digital. Ini memperlihatkan adaptasi yang belum merata, terutama di luar Jawa.

Contoh kasus: UMKM tenun di NTT mengalami kesulitan menjual ke pasar ekspor karena kurangnya akses logistik dan pengetahuan tentang standar internasional.

Strategi Bertahan dan Rekomendasi

1. Penguatan Ekosistem Digital

Pemerintah perlu mengintegrasikan pelatihan, insentif pajak, dan infrastruktur digital untuk UMKM di daerah.

2. Konsolidasi Rantai Pasok Lokal

Mendorong kemitraan antara UMKM dan industri besar agar bisa masuk ke rantai pasok global.

3. Peningkatan Standar Produk

Sertifikasi, inovasi desain, dan kemasan harus menjadi bagian dari strategi peningkatan kualitas produk lokal.

4. Akses Pasar Ekspor dan Proteksi Pintar

Diversifikasi pasar ekspor harus dibarengi kebijakan protektif yang sehat terhadap serbuan produk murah dari luar negeri.

Ketahanan UMKM Indonesia berada di persimpangan. Tanpa strategi struktural dan adaptif yang kuat, mereka berisiko tersisih di pasar global. Namun dengan intervensi kebijakan yang tepat dan transformasi internal, UMKM bisa menjadi garda depan ekonomi Indonesia dalam kancah global.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!