Archipelagotimes.com – Ada bau busuk yang lebih pekat dari pupuk, dan kali ini aromanya datang dari dalam tubuh PT Pupuk Indonesia. Direktur Eksekutif ETOS Indonesia Institute, Iskandar, melempar bom waktu dalam bentuk konferensi pers, Jumat (18/4). Tuduhannya? Bukan main: korupsi terstruktur, sistematis, dan diduga melibatkan elit-elit pengawas keuangan negara.
“Manipulasi laporan anggaran tidak mungkin terjadi tanpa dukungan instrumen kuat. Akuntan publik? Bisa jadi. BPK? Sangat mungkin,” ucap Iskandar dengan nada datar, seolah menyodorkan fakta yang sudah lama tersimpan di laci paling gelap republik ini.
Korupsi di BUMN, kata Iskandar, bukan sekadar kejahatan kerah putih. Ini sudah masuk level “kejahatan kemanusiaan yang dibungkus jas dan dasi”—di mana pelakunya tetap tampil rapi di TV, memberi ceramah, bahkan membagikan sembako.
Dan Iskandar tidak cuma melempar wacana. Ia bersiap menyurati Presiden Prabowo Subianto. Serius, bukan satire.
“Kami akan minta Pak Presiden menepati janji kampanyenya. Karena ini bukan hanya soal pupuk, tapi tentang masa depan moral negara,” tegasnya.
Iskandar juga mengendus pola kejahatan serupa di BUMN lain, termasuk PLN. Manipulasi laporan, katanya, tampaknya sudah jadi SOP tak tertulis dalam banyak lembaga pelat merah.
“Jika dibiarkan, kejahatan ini akan terus berkembang. Dan seperti kata Panglima Besar Jenderal Soedirman: Kejahatan akan menang jika kebenaran diam,” pungkasnya.
Pertanyaannya kini: siapa yang masih diam?
