Archipelagotimes.com – Paus Fransiskus, pemimpin spiritual umat Katolik sedunia, tutup usia pada Senin, 21 April 2025, dalam damai di Rumah Sakit Gemelli, Roma. Usia beliau genap 88 tahun saat berpulang setelah berjuang melawan pneumonia ganda. Dunia seakan berhenti sejenak. Tangis Vatikan menggema hingga pelosok bumi.
Kardinal Kevin Ferrell, camerlengo Vatikan, mengonfirmasi kabar duka itu dengan suara bergetar. “Bapa Suci telah kembali ke rumah Bapa,” ucapnya lirih.
Namun, ada yang lebih membekas dari sekadar kabar kematian: lima kalimat terakhir Paus Fransiskus yang terekam jelas oleh biarawan pendampingnya di kamar perawatan. Kalimat-kalimat yang bukan hanya menyentuh, tapi mengguncang nurani dunia.
Berikut kutipannya:
1. “Tuhan, peluklah umat-Mu yang lelah dan terpecah.” Kalimat ini diyakini merujuk pada kondisi dunia yang penuh konflik, termasuk perang, polarisasi politik, dan krisis kemanusiaan.
2. “Ampuni kami yang mencintai agama lebih dari kasih.” Kritik mendalam terhadap mereka yang menjadikan agama sebagai alat pembenaran kebencian. Sebuah tamparan lembut tapi tajam.
3. “Jangan warisi tahta, warisilah semangat melayani.” Pesan untuk para pemimpin gereja: kekuasaan tak abadi, namun pelayanan adalah warisan sejati.
4. “Gereja bukan benteng, ia rumah sakit jiwa dunia.” Fransiskus konsisten dengan visinya: Gereja harus hadir di tengah luka manusia, bukan hanya di altar megah.
5. “Saya pergi, tapi dengarkanlah bisikan Roh di hati kalian.” Kalimat ini diucapkan hanya beberapa menit sebelum ia mengembuskan napas terakhir. Hening. Lalu doa pun mengalir dari para suster.
Kematian Paus Fransiskus bukan hanya kehilangan bagi umat Katolik, tapi juga bagi dunia yang haus akan pemimpin berhati nurani. Ia pergi dalam damai, meninggalkan jejak dalam lima kalimat penuh makna yang akan terus dikenang lintas generasi.