Archipelagotimes.com – Lulus TK itu prestasi, Bro! Tapi di negeri +62 ini, lulus TK bisa jadi tiket emas ke pentas politik. Anak Bupati baru diwisuda dari Taman Kanak-Kanak, belum bisa baca Pancasila lancar, eh udah digadang-gadang jadi calon bupati. Gak main-main, langsung dapat rekomendasi partai! Pencapaian luar biasa yang bikin sarjana-sarjana pengangguran cuma bisa geleng-geleng sambil ngunyah mie instan.
Masyarakat pun geger, tapi ya gegernya sambil ngopi santai. “Ya mau gimana, namanya juga anak pejabat,” kata warga sambil nge-like postingan drama Korea. Bupati bilang, “Anak saya punya potensi besar.” Ya kali, potensi rebutan mainan di playground dianggap pengalaman memimpin. Tapi, di politik lokal, kadang yang penting bukan skill, tapi siapa papa lo!
Hebatnya lagi, rekomendasi partai dikasih kayak lagi bagi-bagi goodie bag di acara ulang tahun. Rapat internal? Seleksi ketat? Ah, itu mah buat rakyat jelata. Kalau anak bupati mah, cukup nunjuk ijazah TK bertuliskan “Juara Berani Tampil”, langsung masuk bursa calon kepala daerah. Demokrasi? Oh iya, itu yang katanya buat semua orang, asal punya nama belakang yang sama dengan pejabat.
Netizen tentu gak tinggal diam. Timeline penuh dengan meme-meme kocak: dari “Pilkada Cilik 2024” sampai poster kampanye bertema “Ayo Pilih, Bisa Menggambar dan Mewarnai Tanpa Keluar Garis!” Tapi, kritik kayak gini biasanya dianggap angin lalu. Toh, selama suara rakyat hanya sebatas suara di kolom komentar, kekuasaan tetap milik mereka yang punya akses ke snack meja rapat.
Akhirnya, rakyat pun belajar satu pelajaran penting: kalau mau sukses di politik, gak perlu ribet kuliah sampe S3. Cukup lahir di keluarga yang tepat, lulus TK dengan nilai “Sangat Baik” di bidang Bermain Peran, dan siap-siap terima SK rekomendasi. Welcome to Indonesia, tempat di mana politik lebih absurd daripada sinetron stripping!
