Archipelagotimes.com – Tahun 2025 menandai babak baru dalam industri properti global. Di tengah tekanan ekonomi dan transformasi gaya hidup pasca pandemi, tren properti di Eropa dan Indonesia menunjukkan arah yang berbeda. Di Eropa, konsep green living dan smart home semakin dominan. Sementara itu, di Indonesia, minat terhadap properti vertikal dan kawasan penyangga kota besar kian meningkat, didorong oleh lonjakan harga tanah dan perubahan pola kerja hybrid.
Baca juga: Properti Eropa vs Indonesia: Mana yang Lebih Menguntungkan?
Menurut data dari Savills Global Research, harga properti residensial di kota-kota besar Eropa seperti Amsterdam, Paris, dan Berlin naik rata-rata 5,2% pada kuartal pertama 2025, didorong oleh kebijakan energi ramah lingkungan yang meningkatkan nilai rumah berstandar eco-friendly. Sebaliknya, laporan Bank Indonesia menunjukkan kenaikan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) di Indonesia sebesar 1,89% secara tahunan pada triwulan I-2025, dengan permintaan terbesar terjadi di segmen menengah dan menengah-bawah.
Gaya hidup juga memainkan peran penting. Generasi muda di Eropa lebih memilih co-living space atau apartemen mikro yang efisien namun dilengkapi teknologi tinggi. Di Indonesia, fenomena serupa mulai muncul, namun fokus masih kuat pada kepemilikan rumah pertama, terutama di kawasan pinggiran seperti Bogor, Bekasi, dan Tangerang. Faktor infrastruktur dan kedekatan dengan transportasi massal seperti LRT dan MRT turut mendorong preferensi ini.
Baca juga : Bisnis Properti di Amerika Serikat Melonjak pada 2025, Apa Faktor Pendorongnya?
Tren investasi juga mencolok. Di Eropa, investor mulai beralih ke sektor build-to-rent dan properti komersial ramah lingkungan. Di Indonesia, investor lokal maupun asing mulai melirik transit oriented development (TOD) dan rumah subsidi, sebagai bentuk mitigasi risiko sekaligus menjawab kebutuhan pasar. Data dari Colliers Indonesia menunjukkan peningkatan minat investasi sebesar 12% di sektor properti berorientasi transportasi hingga Maret 2025.
Dengan dinamika yang terjadi, dapat disimpulkan bahwa meskipun pasar properti Eropa dan Indonesia sama-sama berkembang, fokus dan karakteristiknya sangat berbeda. Pemahaman terhadap preferensi konsumen, regulasi pemerintah, serta kondisi ekonomi lokal menjadi kunci sukses dalam mengarungi tren properti global di tahun 2025.












