Archipelagotimes.com – Rotasi Pati TNI 2025 dan Peta Politik Militer Prabowo. Rotasi terhadap 237 perwira tinggi TNI yang dilakukan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto bukan sekadar agenda penyegaran. Di balik mutasi jabatan ini terselip dinamika kekuasaan yang lebih kompleks, melibatkan kekuatan lama dan baru dalam tubuh militer serta kaitannya dengan arus politik nasional, khususnya antara Presiden Prabowo Subianto, mantan Presiden Joko Widodo, dan mantan Wakil Presiden Try Sutrisno.
Salah satu rotasi krusial adalah pergeseran Letjen Kunto Arief Wibowo dari posisi Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) I ke posisi Staf Khusus KSAD. Kunto adalah figur penting, bukan hanya karena kapasitas militernya, tetapi juga karena latar belakangnya sebagai putra dari Jenderal (Purn) Try Sutrisno, tokoh militer Orde Baru yang berpengaruh di era Soeharto dan pernah menjadi Wapres RI (1993-1998).
Posisi Kunto kini diisi oleh Laksda Hersan, perwira tinggi AL yang sebelumnya menjabat Pangkoarmada III. Hersan dikenal dekat dengan lingkaran Presiden Joko Widodo karena pernah menjabat sebagai Sekretaris Militer Presiden (Sesmilpres) dan ajudan Jokowi. Artinya, meski Jokowi telah lengser dari kursi presiden, pengaruhnya dalam tubuh TNI belum sepenuhnya pupus.
Namun, dominasi kini berada di tangan Presiden Prabowo Subianto. Dengan latar belakang militer dan jaringan luas di tubuh TNI, Prabowo dinilai sedang membentuk kembali peta kekuasaan militer versi dirinya. Sebagai mantan Danjen Kopassus dan Panglima Kostrad, Prabowo paham betul bahwa stabilitas kekuasaan di Indonesia sangat terkait erat dengan dukungan militer.
Pertarungan Tiga Generasi Kekuasaan
Rotasi ini menggambarkan adanya pertarungan pengaruh antara tiga tokoh penting:
1. Prabowo Subianto, sang Presiden sekaligus simbol kembalinya kekuatan militer dalam panggung politik sipil.
2. Joko Widodo, mantan Presiden dengan jaringan sipil-militer yang masih kuat di beberapa elemen strategis.
3. Try Sutrisno, representasi kekuatan Orde Baru yang masih memiliki loyalis dan pengaruh historis di TNI.
Digesernya Letjen Kunto bisa dibaca sebagai indikasi melemahnya pengaruh kelompok Orba di tengah naiknya kekuatan Prabowo. Sementara pengangkatan Hersan, orang dekat Jokowi, juga menunjukkan bahwa mantan presiden itu belum sepenuhnya kehilangan akses.
Militer Sebagai Medan Tarik-Ulur Kekuasaan
Rotasi besar ini bukan hanya soal penyegaran organisasi, melainkan bagian dari konsolidasi kekuasaan. Di tangan Prabowo, militer kembali menjadi instrumen strategis untuk membangun stabilitas politik dan memperkuat dominasi di berbagai lini. Namun, selama aktor-aktor lama seperti Jokowi dan kelompok Orba masih memiliki “orang dalam”, medan politik militer Indonesia akan terus dinamis dan penuh kejutan.