Archipelagotimes.com – Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru, angkat bicara soal minimnya jumlah perusahaan sawit yang tergabung dalam Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki). Dari total 277 perusahaan sawit di wilayahnya, baru 77 yang resmi tercatat sebagai anggota.
“Sisanya ke mana? Ini harus dibenahi. Saya akan ikut turun tangan biar semuanya bisa gabung ke Gapki,” tegas Herman.
Bukan Sekadar Produksi, Gapki Fokus ke Keberlanjutan
Wakil Ketua Umum II Gapki, Susanto, memastikan bahwa seluruh anggota Gapki siap menghadapi musim kemarau 2025. Fokus utama mereka? Pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla), terutama di wilayah rawan seperti Sumsel.
“Semua perusahaan anggota wajib patuh regulasi. Personel, peralatan, hingga sumber daya air harus standby 24/7,” jelas Susanto.
Antisipasi Karhutla: Dari SDM hingga Modifikasi Cuaca
Langkah antisipasi yang disiapkan tak main-main. Selain rutin menggelar sosialisasi, Gapki juga gencar melakukan pelatihan dan sertifikasi untuk meningkatkan kompetensi SDM di lapangan.
Teknologi modifikasi cuaca juga disiapkan sebagai opsi terakhir jika kondisi makin ekstrem. Pemetaan titik rawan api dan jaminan pasokan air juga jadi bagian dari strategi mereka.
Libatkan Semua Pihak, Termasuk Warga
Dalam pendekatannya, Gapki tak jalan sendiri. Mereka melibatkan lembaga pemerintah, stakeholder terkait, hingga komunitas seperti Masyarakat Peduli Api (MPA). Pendekatannya berbasis lanskap, dengan tujuan menciptakan perlindungan sosial dan lingkungan yang berkelanjutan.
“Keberlanjutan bukan cuma soal produksi, tapi bagaimana industri sawit bisa hidup berdampingan dengan alam dan masyarakat sekitar,” tutup Susanto.
