Archidaily

Borobudur: Warisan Agung Dinasti Syailendra yang Mendunia

×

Borobudur: Warisan Agung Dinasti Syailendra yang Mendunia

Sebarkan artikel ini
Patung Ilustrasi Dinasti Syailendra
Patung Ilustrasi Dinasti Syailendra (Ist)

Archipelagotimes.com – Kalau bicara soal warisan budaya Indonesia yang mendunia, Candi Borobudur pasti jadi salah satu top of mind. Terletak di Magelang, Jawa Tengah, candi Buddha terbesar di dunia ini bukan cuma megah secara arsitektur, tapi juga sarat makna sejarah. Tapi, tahukah kamu bahwa jejak Borobudur dimulai sejak abad ke-8 Masehi, di masa keemasan Dinasti Syailendra?

Candi Borobudur dibangun sekitar tahun 780–825 M oleh Raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra, yang kala itu berkuasa di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya. Arsitektur Borobudur menggambarkan kosmologi Buddha Mahayana, dengan susunan stupa dan relief yang menggambarkan perjalanan spiritual menuju Nirwana. Dibangun di atas bukit setinggi 34 meter, Borobudur punya 9 tingkat, 504 arca Buddha, dan lebih dari 2.600 panel relief yang jadi bukti kejayaan teknologi dan seni ukir Jawa kuno.

Selama berabad-abad, Borobudur sempat terlupakan. Letusan Gunung Merapi dan pergeseran kekuasaan membuatnya tertimbun abu vulkanik dan tanah. Baru pada tahun 1814, saat Thomas Stamford Raffles—Gubernur Jenderal Inggris di Jawa—mendengar kabar tentang “bukit penuh patung”, Borobudur mulai menarik perhatian dunia. Penemuan ini membuka jalan untuk penelitian dan pemugaran lebih lanjut.

Pada era kolonial Belanda, antara tahun 1907–1911, arkeolog Belanda Theodoor van Erp memimpin restorasi besar-besaran. Ia menguatkan struktur candi dan menyelamatkan banyak bagian yang nyaris rusak. Tapi upaya ini belum sempurna, mengingat keterbatasan teknologi saat itu. Meski begitu, kerja van Erp jadi fondasi penting dalam pelestarian Borobudur.

Restorasi besar berikutnya dilakukan oleh pemerintah Indonesia bekerja sama dengan UNESCO pada 1975–1982. Proyek ini menghabiskan dana sekitar 6,9 juta dolar AS dan berhasil mengembalikan Borobudur ke bentuk aslinya yang lebih kokoh dan indah. Tak heran kalau pada 1991, UNESCO resmi menetapkan Candi Borobudur sebagai Situs Warisan Dunia.

Kini, Candi Borobudur bukan cuma situs wisata sejarah, tapi juga pusat kegiatan budaya dan spiritual. Ribuan umat Buddha dari seluruh dunia datang tiap tahun untuk merayakan Waisak di sini. Dari simbol kebesaran masa lalu, Borobudur menjelma jadi ikon kebudayaan Indonesia yang diperhitungkan di kancah internasional.

Sebagai penutup, sejarah Candi Borobudur adalah cermin kejayaan, kelupaan, dan kebangkitan kembali. Dari kejayaan Dinasti Syailendra, masa-masa terlupakan, hingga menjadi simbol budaya dunia—semuanya memperlihatkan betapa kayanya warisan bangsa ini. Jadi, saat kamu berkunjung ke sana, ingatlah: kamu bukan cuma melihat candi, tapi juga menyentuh jejak peradaban.

Sumber Data:

  • UNESCO World Heritage Centre. (1991). Borobudur Temple Compounds.

  • Soekmono, R. (1976). Candi: Fungsi dan Pengertiannya. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

  • Raffles, T.S. (1817). The History of Java.

  • Van Erp, T. (1923). Restoration of Borobudur.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!