MORE ARTICLES

Pancasila dan Demokrasi: Drama Tanpa Akhir di Panggung Politik

×

Pancasila dan Demokrasi: Drama Tanpa Akhir di Panggung Politik

Sebarkan artikel ini
Lambang Pancasila
Lambang Pancasila (Ist)

Dukungan kalian bikin semangat terus berkarya! Kalau suka kontennya, boleh banget traktir kopi via Saweria

Archipepagotimes.com – Demokrasi di Indonesia? Ah, kata yang sering dipakai tapi jarang bikin lega hati. Apalagi kalau sudah dikaitkan dengan Pancasila, yang katanya dasar negara sekaligus panduan demokrasi kita. Tapi kalau diperhatikan, hubungan mereka kadang mirip drama sinetron yang plot-nya berputar-putar tanpa akhir yang memuaskan.

Pancasila mengajarkan musyawarah dan mufakat, tapi di dunia nyata, proses demokrasi lebih sering jadi arena pertarungan kekuasaan. Ada yang bilang, demokrasi ala Indonesia itu seperti pertandingan tarik tambang—yang kuat menarik ke arahnya, yang lemah cuma jadi tontonan.

Sila keempat, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, sering dipertontonkan sebagai janji manis. Padahal, di balik layar, keputusan sering diambil berdasarkan kepentingan elite dan kelompok tertentu.

Rakyat? Kadang cuma diminta pilih saat pemilu, lalu suara mereka hilang entah ke mana. Politik uang dan praktik kotor lainnya sering menyelinap tanpa ampun. Pancasila jadi alat legitimasi, bukan panduan moral.

Akibatnya, demokrasi kita menjadi drama yang melelahkan: janji digembar-gemborkan, harapan dibangun, tapi hasilnya? Kekecewaan yang bertubi-tubi.

Kalau ini terus dibiarkan, demokrasi dan Pancasila cuma jadi jargon kosong yang dipakai untuk menipu rakyat. Bukannya membangun bangsa, malah bikin rakyat capek dan muak.

Hari Lahir Pancasila harus jadi momen refleksi: apakah demokrasi yang kita jalankan sudah benar-benar sesuai dengan nilai-nilai Pancasila? Atau cuma panggung sandiwara politik yang memeras tenaga rakyat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!