Archipelagotimes.com – Publik kembali dibuat geleng-geleng kepala. Di Kelurahan Cikiwul, Bantargebang, Kota Bekasi, muncul kabar mengejutkan: daging kurban dijual oleh oknum organisasi masyarakat (ormas) seharga Rp15.000 per kantong. Padahal, seharusnya daging kurban dibagikan secara cuma-cuma kepada yang berhak.
Direktur Eksekutif Etos Indonesia Institute, Iskandarsyah, angkat bicara. Ia menyebut kejadian ini sebagai sinyal kemunduran moral di tengah kemajuan zaman.
“Daging kurban dijual oknum ormas di Kota Bekasi, kacau bener bangsa ini,” ujar Iskandar saat dikonfirmasi pada Minggu (08/6/2025).
Menurutnya, perilaku seperti ini mengingatkan pada praktik-praktik zaman kerajaan kuno. “Teknologi dunia sudah melaju pesat, tapi perilaku masyarakat kita justru mundur. Dulu, orang-orang dekat raja menjual sumbangan kerajaan agar rakyat senang dan tetap loyal. Sekarang, sejarah itu terulang, cuma kemasannya berbeda,” ucapnya.
Iskandar menilai, praktik jual-beli daging kurban ini sangat menodai semangat ibadah kurban itu sendiri. “Kita ini hidup di zaman modern, tapi masih ada yang memperlakukan rakyat seperti masa lalu. Padahal, rakyat kita masih sanggup beli daging sendiri. Kurban itu untuk fakir miskin, bukan komoditas pasar!” tegasnya.
Ia pun mengingatkan bahwa daging kurban memiliki hukum distribusi yang jelas: diprioritaskan untuk fakir miskin dan tidak untuk dikomersialkan dalam bentuk apapun.
“Hewan kurban kok dikomersilkan, meskipun dijual murah tetap saja itu bukan haknya. Ini pelanggaran nilai dan tujuan kurban,” tambahnya.
Tak hanya itu, Iskandar juga menyoroti ketimpangan dalam distribusi daging kurban. “Kadang, fakir miskin justru tidak kebagian. Yang hidupnya cukup malah dapat banyak dan bikin pesta. Dari awal saja sudah salah aturannya,” katanya dengan nada prihatin.
Ia pun meminta Wali Kota Bekasi segera turun tangan. “Pemimpin ormas itu harus dipanggil dan diminta pertanggungjawaban. Hari raya kurban ini milik kaum dhuafa, bukan kesempatan buat cari untung,” pungkasnya.