JabodetabekNasional

Bisnis Ikan Ilegal Kalahkan Perdagangan Narkoba

×

Bisnis Ikan Ilegal Kalahkan Perdagangan Narkoba

Sebarkan artikel ini
Jaringan Kejahatan di Balik Penangkapan Ikan Ilegal: Lebih Menguntungkan dari Narkoba
Jaringan Kejahatan di Balik Penangkapan Ikan Ilegal: Lebih Menguntungkan dari Narkoba/Foto - OCCRP.ORG

Archipelagotimes.com – Interpol kembali menyoroti bahaya laten di balik penangkapan ikan ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak diatur (Illegal, Unreported, and Unregulated/IUU Fishing). Dalam laporan terbarunya, organisasi kepolisian internasional ini mengungkap bahwa kejahatan di laut bukan hanya soal perusakan lingkungan, tetapi juga terkait erat dengan praktik pencucian uang, korupsi, pemalsuan dokumen, hingga perdagangan gelap lintas negara.

Menurut Interpol, IUU fishing mencakup sekitar 20 persen dari total tangkapan ikan global—angka yang mencengangkan dan menunjukkan skala industri gelap ini. Salah satu kasus mencolok adalah perburuan ikan Totoaba di Teluk Meksiko. Ikan langka ini diburu karena kantong renangnya (swim bladder), yang disebut-sebut berkhasiat secara medis dan kerap dijadikan hadiah bisnis, mas kawin, atau simbol status di pasar gelap Asia, khususnya Tiongkok. Harganya? Bisa menembus US$50.000 per kantong renang—bahkan lebih mahal dari satu kilogram kokain.

“Ikan ini jadi komoditas hitam bernilai tinggi, seperti emas cair laut. Harga kantong renang Totoaba di pasar gelap Asia bisa melampaui harga narkoba,” tulis laporan Interpol.

Para pelaku IUU fishing beroperasi secara global. Dalam satu contoh, sebuah kapal Indonesia yang ditangkap pada 2018 disebut sebagai salah satu kapal penangkap ikan ilegal paling dicari di dunia. Selama lebih dari satu dekade, kapal ini diduga mengangkut hasil tangkapan senilai US$50 juta secara ilegal. Modusnya mencakup pemalsuan dokumen, manipulasi peralatan kapal, dan transshipment ilegal di laut lepas.

Namun cerita tidak berhenti pada pencurian ikan. Interpol mencatat, kapal-kapal IUU kerap digunakan untuk kejahatan lain seperti penyelundupan manusia, narkoba, senjata api, hingga aksi perompakan dan terorisme. “Ini bukan cuma soal ikan. Ini tentang jaringan kejahatan lintas negara,” kata juru bicara Interpol.

Seperti dalam serial Breaking Bad, uang hasil kejahatan ini tak bisa begitu saja digunakan. Maka muncullah praktik pencucian uang melalui perusahaan cangkang (shell companies) yang didirikan di surga pajak (offshore financial havens). “Para pelaku adalah kriminal kelas kakap yang membangun sistem finansial paralel untuk mengaburkan jejak uang haram,” lanjut laporan Interpol.

Dengan keuntungan hingga jutaan dolar dari satu ekspedisi ke Antartika saja, IUU fishing telah berkembang menjadi mesin uang gelap yang merusak ekosistem, menebar ancaman keamanan, dan memperkuat kejahatan transnasional.

Sumber:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!