Archipelagotimes.com – Dalam rangka Haul Almarhumin Sesepuh dan Warga Pondok Pesantren An-Nashuha, Pondok Pesantren An-Nashuha yang terletak di Desa Kalimukti, Kecamatan Pabedilan, Kabupaten Cirebon, menyelenggarakan Seminar Kebangsaan bertema:
“Peranan Pesantren dan Tantangan Generasi Muda Menuju Indonesia Emas 2045”.
Acara ini menghadirkan sejumlah tokoh nasional dari berbagai latar belakang keislaman, pendidikan, dan kepemudaan untuk membahas kontribusi pesantren dan pemuda dalam menyambut era emas Indonesia pada 2045 mendatang.
Pesantren: Agen Perubahan Strategis
Lukman Hakim, Ketua Bapemperda DPRD Kabupaten Cirebon, dalam pemaparannya menyampaikan bahwa pesantren hari ini memiliki daya transformasi luar biasa.
“Pesantren bukan hanya penonton di tengah perubahan zaman yang begitu cepat. Ia adalah agen perubahan yang solutif dalam menjawab problem kemasyarakatan,” ujar Lukman.
Ia menekankan bahwa pesantren dan generasi muda memiliki dua aset penting: kemandirian dan kreativitas, yang harus diasah dengan pendekatan transformasi dan strategi yang tepat.
Agama dan Kemajuan Tidak Bertentangan
Sementara itu, Abdullah Syukri, Direktur Eksekutif Asta Cita Center PP GP Ansor, mengangkat refleksi peran ulama dalam sejarah pembaharuan bangsa.
“Para kiai dahulu menyebarkan Islam sambil memperkenalkan pembaruan. Pertanyaannya sekarang: apakah kemajuan negara harus meninggalkan agama?” ujar Syukri.
Ia menyoroti kecenderungan negara-negara maju yang meninggalkan nilai religius, dan menegaskan bahwa santri harus hadir di setiap sektor keahlian tanpa kehilangan jati diri dan akhlakul karimah.
Pelajar Islam Indonesia dan Sejarah Kebangsaan
Abdul Kohar, Ketua Umum PB Pelajar Islam Indonesia (PII), menegaskan keterkaitan historis antara PII dengan NU dan GP Ansor.
“Tahun 1965, PII melawan PKI dibantu oleh GP Ansor. Ketua PB PMII kedua dan KH Hasyim Muzadi adalah alumni PII. Ini menunjukkan ikatan sejarah yang kuat,” ungkap Kohar.
Menjelang 2045 sebagai puncak bonus demografi, PII fokus menyiapkan pelajar Islam yang unggul dan siap isi posisi strategis. Kohar juga menekankan pentingnya penguatan soft skill di kalangan generasi muda muslim sebagai bekal menuju era Indonesia Emas.
Santri adalah Pemimpin Masa Depan
Mengakhiri seminar, Andi Leo, Ketua Umum Gerakan Pemuda Mahasiswa Nasional (GAANAS), menyampaikan pesan kuat tentang tanggung jawab generasi muda, khususnya santri.
“Santri bukan hanya lulusan yang paham agama. Ia adalah calon pemimpin umat dan bangsa. Santri harus punya integritas, siap membimbing, memberi bekal, dan membagi pengalaman untuk generasi berikutnya,” ujar Andi.
Ia juga menegaskan bahwa tugas membangun generasi emas bukan hanya tugas santri, tapi juga pelajar dan mahasiswa secara kolektif.
Seminar kebangsaan ini menjadi momentum penting refleksi dan sinergi antar elemen bangsa pesantren, pelajar, dan pemuda dalam menyiapkan generasi unggul, berkarakter, dan berdaya saing, tanpa tercerabut dari akar keislaman dan nilai-nilai luhur bangsa.